MAKALAH
BAHASA INDONESIA 2
Disusun Oleh:
21A01
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang akan membahas lebih jauh mengenai silogisme dan jenis-jenisnya. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia 2.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ariyanto selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia 2 sekaligus pembimbing materi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Depok, 04 Maret 2016
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari proses berfikir di mana di dalamnya ada proses berfikir secara logis. Dalam berfikir, manusia selalu mengaplikasikan apa yang mereka pikirkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Berpikir yang baik yakni berpikir logis, bukan hanya memperhatikan kebenaran bentuk atau hukum-hukum, tetapi juga harus memperhatikan kebenaran materi pemikiran beserta kriterianya.
Silogisme adalah contoh yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum . Hanya saja dalam teori silogisme kesimpulan terdahulu hanya terdiri dari dua keputusan saja sedang salah satu keputusannya harus universal dan dalam dua keputusan tersebut harus ada unsur yang sama-sama dipunyai oleh kedua keputusannnya. Jadi, yang di namakan dengan silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan (premis) yang mendahuluinya. Dengan kata lain, silogisme adalah pengambilan meputusan yang didasarkan dari beberapa premis sebelumnya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini, antara lain:
1. Apakah yang dimaksud dengan silogisme kategorial?
2. Apakah yang dimaksud dengan silogisme hipotesis?
3. Apakah yang dimaksud dengan silogisme alternatif?
4. Apakah yang dimaksud dengan entimem?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai silogisme kategorial,
2. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai silogisme hipotesis,
3. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai silogisme alternatif,
4. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai entimem.
1.4. Manfaat Penulisan
1. Dapat menambah wawasan baru mengenai Bahasa Indonesia,
2. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan yang membahas silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan entimem.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Penalaran
Kata nalar berasal dari bahasa Arab nazara yang artinya “melihat”, yang mana mengisyaratkan bahwa menalar tidak hanya sekedar melihat dengan mata, tetapi memandang sesuatu dari sudut logikanya. Dengan penalarannya, seseorang dapat menghubungkan pengamatan secara empiris dengan kejadian-kejadian yang ada disekitarnya.
Selain itu, pengertian penalaran adalah (1) proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan; (2) menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan; (3) proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru; (4) jika karangan terdiri atas dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis, dengan menghubungkan variabel-variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu serajat hubungan dan simpulan (Ramalan, dkk 2011 : 183).
Dalam penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedan) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (conclusion). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi (concequence). Syarat Kebenaran Penalaran terbagi menjadi tiga yaitu metode penalaran induktif, salah nalar, dan metode penalaran deduktif. Metode penalaran deduktif terdiri atas dua yaitu menarik kesimpulan secara langsung dan tidak langsung. Menarik kesimpulan secara tidak langsung terdiri dari empat bagian yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif, dan antimem.
2.2. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Tiga term dalam suatu silogisme kategorial diberi nama menurut posisi mereka dalam argumen. Term mayor adalah predikat dari kesimpulan dan term minor adalah subjek dari kesimpulan. Term tengah (term antara), yang menjadi penghubung antara kedua premis, merupakan term yang hanya terdapat dalam kedua premis dan tidak terdapat dalam kesimpulan. Term tengah ini disimbolkan dengan huruf M, yang berasal dari bahasa Latin Terminus Medius.
2.2.1. Prinsip-Prinsip Umum Silogisme Kategorial
Setiap silogisme kategorial mengekspresikan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara term minor (S) dan term mayor (P) karena kesesuaian atau ketidaksesuaian mereka dengan term antara (M). Proses ini terjadi berdasarakan empat aksioma atau prisnsip logis. Suatu prinsip adalah sesuatu yang pertama dan darimana sesuatu yang lain terjadi atau diketahui.
1. Prinsip Identitas Timbal Balik
Menurut prinsip ini, jika dua term sesuai atau identik dengan suatu term ketiga, amak kedua term itu saling sesuai atau saling identik.
2. Prinsip Non-Identitas Timbal Balik
Menurutu prinsip ini, jika salah satu dari dua term identik dengan term ketiga (M) dan term lainnya tidak identik dengan term ketiga (M), maka kedua term itu tidak saling identik.
3. Hukum tentang Semua
Menurut prinsip ini, apa yang diinformasikan tentang suatu kelas logis bisa juga diinformasikan tentang anggota-anggota logisnya. Dengan kata lain, apa yang diinformasikan tentang suatu term yang ada bisa juga diinformasikan tentang setiap term yang berasal dari term itu.
4. Hukum tentang Ketiadaan
Menurut prinsip ini, apa yang diingkari tentang suatu kelas logis juga diingkari tentang anggota logisnya. Dengan kata lain, apa yang diingkari secara universal tentang suatu term juga diingkari tentang setiap referen dari term itu.
2.3. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah suatu silogisme yang terdiri dari premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Silogisme hipotetis terdiri atas silogisme hipotetis kondisional, silogisme hipotetis disyungtif, dan silogisme hipotetis konyungtif.
Jika antecedensnya disebut A, dan consequensnya B, akan terjadilah yang berikut ini:
· Jika A benar, B juga benar;
· Jika B salah, A juga salah;
· Jika A salah, B dapat salah tetapi juga dapat benar;
· Jika B benar, A dapaat salah tetapi juga dapat benar;
2.3.1. Silogisme Hipotesis Kondisional
Merupakan silogisme yang premis majornya berupa keputusan kondisional. Keputusan kondisional itu terdiri atas dua bagian, yaitu: jika….., maka….. Bagian yang satu dinyatakan benar, kalau syarat yang dinyatakan dalam bagian yang lainnya terpenuhi. Bagian keputusan kondisional yang mengandung syarat disebut antecedens. Kemudian, bagian keputusan yang mengandung apa yang disyaratkan disebut consequens. Sebutan itu tidak berubah, meskipun urutan keduanya diubah.
Adapun yang menjadi inti keputusan kondisional ialah hubungan antara antecedens dan consequens. Oleh kaarena itu, keputusan kondisional benar, kalau hubungan bersyarat yang dinyatakan di dalamnya benar. Keputusan itu salah, kalau hubungan itu tidak benar.
2.3.2. Silogisme Hipotesis Disjungtif
Merupakan silogisme yang premis major nya tediri dari keputusan disyungtif. Premin minor mengakui atau memungkiri salah satu kemungkinan yang sudah disebut dalam premis major. Kesimpulan mengandung kemungkinan yang lain.
2.3.3. Silogisme Hipotesis Konjungtif
Merupakan silogisme yang premis major nya berupa keputusan konyungtif. Keputusan konyungtif adalah keputusan di mana persesuaian beberapa predikat untuk satu subyek disangkal. Supaya keputusan itu sungguh konyungtif dituntut supaya antara predikat ada perlawanan.
2.4. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif atau silogisme disjungtif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif, kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
2.4.1. Kaidah Silogisme Alternatif
1. Silogisme alternatif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
2. Silogisme alternative dalam arti luas, kebenaran konklusi sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif konklusinya benar.
b. Bila premis minor mengakui salah satu alternative konklusinya salah.
2.5. Entimem
Entimem adalah silogisme yang diperpendek. Entimen tidak perlu menyebutkan premis umum, tetapi langsung mengetengahkan simpulan dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya.
BAB III
PEMBAHASAN
Penalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk menarik kesimpulan secara tidak langsung, diperlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan yang semua orang sudah tahu, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut.
Contoh silogisme kategorial :
Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah manusia.
Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah pada term di atas adalah manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil. Contohnya :
Semua manusia tidak bijaksana.
Semua kera bukan manusia.
Jadi, (tidak ada simpulan).
Silogisme kategorial akan salah jika tedapat lebih dari tiga term contohnya :
Semua atlet harus giat berlatih.
Xantipe adalah seorang atlet.
Xantipe harus giat berlatih.
Dalam silogisme kategorial, dua premis negatif tidak menghasilkan simpulan. Contohnya :
Semua semut bukan ulat.
Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
Jika salah satu premisnya negatif maka simpulan pasti negatif. Contoh :
Tidak seekor gajah pun adalah singa.
Semua gajah berbelalai.
Jadi, tidak ada seekor singa pun berbelalai.
Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu kesimpulan. Contohnya:
Sebagian orang jujur adalah petani.
Sebagian pegawai negri adlaah orang jujur.
Jadi, (tidak ada kesimpulan).
Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus. Contohnya:
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif, tidak dapat ditarik suatu kesimpulan. Contohnya:
Beberapa manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
Jadi, (tidaka ada kesimpulan).
Dalam silogisme hepotesis, jika A benar maka B juga benar. Contohnya :
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, akan memuai.
Dalam silogisme hepotesis, jika B salah maka A juga salah. Contohnya :
Jika besi dipanaskan, besi memuai.
Besi tidak memuai.
Jadi, besi tidak dipanaskan.
Dalam silogisme hipotesis, jika A salah maka B dapat salah tetapi juga dapat benar. Contohnya :
Jika besi dipanaskan, besi memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Besi belum pasti memuai.
Dalam dilogisme hipotesis, jika B benar maka A dapat salah tetapi juga dapat benar. Contohnya :
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi memuai.
Besi belum pasti dipanaskan.
Pada silogisme alternatif, jika premis mayor membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang profesor.
Pada percakapan dalam kehidupan sehari-hari, suatu silogisme seringkali diperpendek, yakni tanpa menyebutkan premis-premis umum. Seseorang lansung mengatakan kesimpulan yang diikuti dengan premis khusus sebagai penyebab, penjelasan, ataupun keterangannya. Bentuk silogisme seperti ini disebut entimem. Contoh :
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua.
a. Menipu adalah dosa.
b. Karena (menipu) merugikan orang lain.
Contoh silogisme menjadi entimem:
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme di atas, dapat ditarik satu entimem, yaitu Ali adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana.
Contoh entimem menjadi silogisme:
Kartiko orang bijak karena dia adalah mahasiswa.
Dari entimem di atas, dapat ditarik silogisme, yaitu :
a. Semua mahasiswa adalah orang bijak.
b. Kartiko adalah mahasiswa.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan yang telah penulis sajikan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Silogisme Kategorial merupakan silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dimana, dua proposisi tersebut merupakan premis, dan satu proposisi untuk kesimpulan. Di dalam kesimpulan terdapat subjek dan predikat.
2. Silogisme Hipotesis merupakan jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis, dan premis minornya bersifat katagorial.
3. Silogisme Alternatif merupakan silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
4. Entimem merupakan silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
4.2. Saran
Apabila ada kekurangan dan kesalahan yang terdapat pada makalah ini, kami sangat mengharapkan apresiasinya berupa kritik dan saran yang dapat membangun di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
· http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/prof-dr-ajat-sudrajat-mag/8-hand-out-logika-silogisme-hipotetis.pdf diakses 4 maret 2016
· Pengantar logika. Grasindo. (https://books.google.co.id/books?id=HsJdE6alXBYC&source=gbs_navlinks_s)
· Alex Lanur. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
· W. Pespoprodjo dan T. Gilareso. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 2011.
· R, Ahmad S. 2015. Mudah Menguasai Bahasa Indonesia. Bandung : Yrama Widya.
Komentar
Posting Komentar